Sunday, May 29, 2011

The Sountrack Of Your Life : Pelajaran Dari Setangkai Mawar



"jangan mengagumi mawar karena warnanya dan jangan membencinya kerana durinya"



Sepenggal kalimat yang aku dapatkan dari sebuah blog yang berisi kisah inspiratif beberapa taun yang lalu. Kata-kata itu sampai sekarang masih saja terngiang dalam pikiranku. Dan masih terus aku cari makananya.

Dalam cerita yang ditulis dib log tersebut, betapa penulis sangat menyesal karena hanya melihat seseorang dari pandangan seklas dan atas pengalaman buruk masa lalu yang kemudian membauanya berprasangka buruk pada orang yang mememuinya kala itu.

Kemudian aku teringat beberapa kejadian yang hamper sama dengan apa yang dialami oleh penulis dalam blog tersebut. Peristiwa yang diawali dengan berburuk sangka hanya karena sebuah peristiwa masa lalu yang membuat “trauma”.

Sebagai seorang TKI di Malaysia, tentu tidak heran lagi dengan penampilan sebagian besar teman-teman TKI cowok yang terkesan amburadul. Dengan pakaian yang saya bilang “entah” dan dengan potongan rambut panjang sehingga mencerminkan sifat gahar dan menakutkan. Dan itulah yang saya alami selama kurun waktu 2006-2007 di Malaysia. Bahkan dengan teman-teman seperantauan di Malaysia saya merasa ketakutan. Teringat kembali beberapa keeping memori saat saya bersinggungan dengan mereka, tentu saja pengalaman yang “menakutkan” dalam tanda petik.

Pernah suatu kali saat saya dan 3 orang teman hendak bepergian dengan angkutan umum di sana kami bersinggungan dengan dua orang rekan TKI, walaupun kami tak mengenal tapi sedapat mungkin kami bersikap sopan, walaupun terkesan cuek. Tapi apa yang terjadi? Dua orang yang berpenampilan sangar dengan seenaknya membentak kami yang tak merasa berbuat apa-apa. Kata-kata kasar akhirnya meluncur dan membuat kami ketakutan.

Kejadian kedua, lagi-lagi di angkuatan umum, saat aku pulang dari belanja. Eh, ternyata ada segerombolan mereka yang naik bus yang sama denganku. Sampai-sampai bus itu penuh dengan gerombolan mereka. Hampir semuanya berambut panjang, ada yang lurus, ada yang panjang mengembang, ada yang diurai, ada juga yang diikat, (aku merasa rambutku kalah sama rambut mereka).  Takut. Ya, tentu saja aku dan temanku seorang lagi ketakutan. Dalam otak kami sudah tertanam rasa tidak nyaman jika melihat mereka, inikan lagi berada di tngah-tengah mereka, benar-benar di tengah. 
Mereka ngobrol dengan sesama mereka, dengan kata-kata khas (maaf, bukan bermaksud SARA) Jawa Timurannya yang terkesan kasar di telingaku. Kata-kata kasar termuntah begitu saja disela obrolan mereka. Sedikit kudengar salah satu diantara mereka yang nyeletuk, “podo-podo wong nJowo ae kok sombong.” Kalimat yang ditujukan untukku dan temanku yang mereka bilang sombong, padahal sama-sama orang Jawa. Sebenarnya bukan niat bersikap sombong tapi melihat sikap dan tingkah serta penampilan merekasaja sudah membuat kami ketakutan. Apalagi dengan gaya “nakal” menambah rasa tidak nyaman. Jadi, bagaimana mau bersikap ramah atau sok akrab dengan mereka. Perjalanan yang hanya sepuluh menit itu menjadi terasa lama sekali buatku. Waktu hampir sampai di bus stop tempatku buru-buru aku memencet tombol tanda minta bus berhenti. Tapi terlambat, salah satu dari mereka telah menekannya lebih dahulu. Dan itu berarti mereka turun di tempat yang sama dengan tempatku. Memang tempatku komplek makanan Indonesia, jadi seringkali TKI-TKI yang datang ke kawasan ini.
Turun dari bus, masih saja aku berada di antara gerobolan mereka yang jumlahnya kuperkirakan lebih dari 20 orang, seolah-olah aku dan kawanku bagian dari mereka. “iki bocah loro iki meneng wae, sombonge poll,” kata salah satu orang di belakang kami, yang menyebut kami sombong banget karena daritadi diam saja. “ben nak sombong-sombong disikep wae mengko!” jawab yang di depan kami. Demi mendengar kalau tetap sombong nanti akan dipeluk maka aku menarik tangan temanku dan cepat-cepat berjalan ke seberang jalan dan menjauh dari mereka. Terdengar suara tawa mereka, mungkin mereka menertawakan tindakan kami yang langsung mengatur langkah seribu.
Lain lagi cerita saat aku pergi ke seberang pulau bersama tiga orang temanku. Setelah menyeberang dengan kapal

Nah apalagi yang ada dalam otakku? Aku hanya berpikir semua dengan penampilan seperti itu adalah sama. TITIK!! Kemudian kami, aku dan teman-temanku menyebut mereka gondes alias gondrong ndeso.

Tapi cerita kemuadiaun berbalik 180 derajat.
Tahun 2007, aku mulai mengenal sosok Abe. Abe bukan nama aslinya, tapi Abe adalah sapaan buat kakak lelaki di daerah Kelantan, Malaysia. Ya, aku memanggilnya begitu, karena aku telah menganggapnya seperti seorang kakak. Abe adalah salah TKI yang ada di Malaysia yang berasal dari Tuban. Pertama mengenalnya waktu kami sama-sama chat di portal WAP nya MAXIS, salah satu provider di Malaysia. Pada saat itu banyak kenalanku orang-orang melayu. Tapi ternyata ada juga TKI sepertiku. Sosok Abe yang pengertian, sabar dan sering bergurau, membuat aku semakin akrab. Ketakutan yang pernah bersemayam, tentang TKI lelaki di Malaysia perlahan sirna.
Apalagi setelah mengenal Abe lebih dekat dan bertukar gambar. Bisa dibayangkan, gimana sosok Abe?? Dari gambar yang ia kirim, aku benar-benar terkejut, ga nyangka kalo Abe sama seperti sosok yang aku takutkan selama ini. Rambutnya panjang,keriting lagi, sangar banget.
Tapi herannya aku ga takut lagi, hanya sms yang kukirim, “Abe sebenarnya ganteng lho kalo potong rambut. Jadi ga serem lagi” kemudian kujelaskan tentang ketakutanku dengan orang-orang gondrong seperti Abe yang tak lain kawan TKI di Malaysia ini, yang terkesan amburadul dan urakan. Kuceritakan gimana takutnya aku ketika harus berhadapan dengan orang-orang seperti itu. Abe hanya tertawa terkekeh-kekeh dengan ceritaku, kemudian ia menjelaskan bahwa itu pilihan yang ia jalani. Satu hal yang aku ingat, “Dek, jangan lihat mereka dari penampilan mereka. Ga semua dari mereka itu jahat. Rambut panjang dan kesan urakan itu memang benar, tapi kadang hati mereka lebih baik dari yang kita sangka.”
Akhir tahun 2007, Abe yang selama ini kosongan merencanakan pulang kembali ke tanah air. Kosongan adalah sebutan bagi mereka yang ada dalam Malaysia ini yang tanpa permit kerja alias ilegal. Maka malam itu aku tak henti-hentinya sms-an dengannya, sampai dia berhasil sampai Johor dan sesaat sebelum ia berangkat menyeberang dengan kapal. Di tanah air, sempat Abe menghubungiku beberapa kali, mengucapkan selamat hari raya dan sekedar bertanya kabar, sampai aku kehilangan jejaknya karena mungkin ia tukar nomer.
Pertengahan tahun 2008, masih di portal WAP yang dulu mempertemukan aku dengan Abe, kuterima sebuah pesan untuk segera menghubungi sebuah nomer. Abeku kembali! Ya, Abe dah masuk kembali ke Malaysia tentu saja sekarang dengan cara yang legal. Kami kembali berhubungan, masih sms-an dan saling cerita. Kebanyakan aku curhat dengan Abe, tentang apapun. Dan dengan sabar dia akan dengar segala keluh kesahku, bahkan dia akan ngasih solusi dengan bijak. Abe selalu mengingatkanku tentang kebaikan,dan menghiburku saat aku lagi sedih. Pernah dia buatku tertawa saat aku paksa dia kirim gambar terbarunya, dan traraaaaaaaaaaa…. Rambut yang dulu panjang dah habis, bersih. Tinggal rambut cepak yang ga sampe 1 cm, mungkin Abe habis potong gundul. Tambah ganteng dia kalo berambut cepak. “Ah, adek ni bikin Abe malu.”katanya. Sampai sekarang, setelah 3 tahun persahabatanku dengan Abe, masih saja sama. Dia masih Abe yang dulu, Abe yang selalu mengingatkan aku tentang kebaikan, Abe yang selalu yang menghiburku saat aku sedih, dan Abe si gondes yang baik hati, hehehehe.
Berawal dari Abe lah aku belajar, bahwa hati seseorang tak dapat dilihat dari penampilannya. Bisa saja, orang-orang rapi, ganteng, berdasi itu adalah pembohong yang jahat. Dan orang-orang yang kusebut gondes, yang notabene terkesan urakan dan amburadul itu ada banyak nilai yang bisa kita ambil. Intinya kata Abe jangan lihat dari penampilannya, salami dulu hati budinya.
Cerita lain pengalaman yang menarik dengan para gondes ini saat pertengahan tahun 2009 kemarin. Lagi-lagi aku ikut chat di salah satu provider di Malaysia yang menyediakan layanan untuk cari teman sesama pekerja Indonesia. Mulai gabung di sana berawal dari chatting dan kemudian berlanjut telepon konferen, yang biasa kami sebut onair-an. Dari sana kami saling mengenal lebih dekat dan saling berbagi cerita, tentang gimana pekerjaan mereka, tentang pengalaman mereka, berapa lama mereka kerja di sini dan masih banyak lagi hal yang aku dapat. Bertukar gambar adalah salah satu cara kami saling mengenali, dan ternyata banyak juga yang masih gondes (opst!! Maaf ya!!). Tapi aku ingat pesan Abe padaku dulu, jangan lihat mereka dari penampilan mereka, tapi kenali dulu mereka, baru kita bisa menilai apakah dia layak untuk kita jadikan teman atau patut dijauhi.
Paling berkesan dari kawan-kawan chat ini adalah rasa kebersamaan dari mereka, saat salah satu dari mereka ga ada kerja, maka yang lain akan mencarikan kerja di tempat yang mereka tahu. Maklum biasanya mereka memakai permit bebas, yang bermakna bisa berpindah tempat kerja dan cari majikan yang mereka inginkan, walau banyak juga yang kosongan. Dan juga pada saat bulan puasa tahun lalu, mereka selalu membangunkan aku tuk sahur, kemudian menemani makan sahurku lewat telepon konferen, jadi semangat makan sahurnya. Sayang pada saat lebaran aku ga bisa ikut kopdaran di KLCC. Tapi mereka tetap ingat aku, satu per satu telepon aku sambil ngiming-imingi kemeriahan acara kopdarannya. Menyesal karena ga bisa ikut pertemuan itu, padahal sudah diajakin bareng ma salah satu teman yang ada di seberang bahkan dibayarin tiketnya. Tapi tetap ga bisa ikut, karena lebaran kemaren merupakan lebaran terakhir bersama teman-teman serumah, dan cuti yang hanya 1 hari tidak memungkinkan untuk pergi ke Kuala Lumpur.
Akhirnya pas raya haji, aku bisa pergi ke Kuala Lumpur, karena pada saat itu aku cuti. Dan menghubungi beberapa teman, akhirnya aku bisa bertemu dengan mereka. Padahal saat itu aku cuma bermodal nekat, karena selama hampir 4 tahun aku belum pernah bepergian sejauh itu sendirian di Malaysia ini, apalagi aku ga ada tujuan sama sekali, ga kenal sama sekali. Setelah perjalanan selama 5 jam akhirnya sampai di terminal bus Puduraya, dan di sana aku dijemput salah satu dari mereka, kemudian menemui teman-teman yang lain, sambil makan di Kota Raya. Hari berikutnya jalan-jalan dan ketemuan sama yang lain lagi di Central Market, kemudian diajak karaokean di Sogo. Pengalaman yang sangat berkesan karena mereka baik padaku. Lagi-lagi apa yang dikatakan Abe dulu benar, bahwa penampilan tidak menjamin hati mereka.
Sekarang aku tak lagi memandang sebelah mata pada yang kami sebut gondes-gondes itu. Malah sekarang aku bangga pada mereka, tentang ketegaran mereka menantang matahari setiap hari, tentang ketangguhan mereka, juga tentang kesabaran mereka. Hidup itu pilihan bagi setengah orang, tapi bagi sebagian lagi, tak ada pilihan lagi dalam hidup. Aku yakin jika ditanya merekapun ga akan mau kerja berpanas-panasan tiap hari di negeri orang tapi itulah yang mereka jalani, karena di negeri sendiri tak ada pilihan buat mereka. Aku belajar tentang sebuah keikhlasan dalam diri mereka. Keikhlasan dalam menjalani hidup dan cara mensyukuri hidup. Nah sekarang aku ga perlu takut lagi dengan mereka, kalaupun nanti jika di bus atau di shopping complex aku berjumpa dengan sosok gondes-gondes lagi hanya pasang senyum aja. Tak perlu menampakkan muka ketakutan, jika mereka ngajak ngobrol dengan cara yang baik sebisa mungkin aku akan bersikap ramah.



Nah aku kemuadian ingat quote di atas, seperti dalam blog yang pernah aku baca “ jangan membenci mawar hanya karena pernah tertusuk durinya”. Dan sampai sekarang kata-kata itu aku ingat selalu, bahwa kita tak boleh berprasangka buruk pada orang hanya karena penampilan atau kejadian buruk yang ada pada masa lalu. Samapi sekarang aku selalu berusaha untuk berpikiran positif pada setiap orang. Yah, kata itulah yang menjadi the soundtrack of my life selama beberapa tahun ini.


(*terimakasih tuk Om Suga atas tulisan yang sangat menginspirasi)




Quote diambil dari blog om Suga http://bit.ly/jGpEgJ

Gambar mawar dari  http://bit.ly/jwaidn

Logo Swaragama di download dari : http://bit.ly/lRg95Q